Fungsi Sayap Seperti Topi di Mobil, Dijelaskan dalam Sistem Balap

Sahabat-Otomotif.Com - Sayap besar di belakang yang disebut Drag Reduction System (DRS) menjadi sebuah senjata pembalap untuk melakukan overtaking di Formula 1 modern. DRS akan memberikan speed boost atau tambahan kecepatan untuk pembalap bisa menyalip rivalnya.
Secara bahasa awam sayap belakang itu digerakkan mekanisme hidrolik oli atau hidrolik udara (pnumatik).

Aslinya, yang jadul diseting paten menunduk ke bawah. Jadi sayap itu berkebalikan fungsi pesawat. Jika pesawat memberikan daya angkat, sementara sayap menunduk di F1 dan mobil sport memberikan daya tekan ke bawah (down force).
Keadaan itu berfungsi agar mobil tetap stabil saat kecepatan tinggi. Jika terkena batu atau jalan bergelombang tidak terbang.

Tapi jadi masalah kalau diam atau paten setingan sayapnya. Ketika dapat kecepatan 350 km/jam, daya tekannya bisa terlalu berlebihan, sampai lebih dari 2 ton. Hal itu membuat ban akan meleleh saat kecepatan tinggi dan boros bensin.

Akhirnya pabrik mikir, bagaimana caranya agar mulai dari kecepatan 200 – 350 km/jam tekanan ke bawah bisa konstan di angka 1 ton misalnya. Akhirnya dibuatkan sistem hidrolik yang terhubung komputer yang bisa menghitung. Sehingga saat kecepatan semakin tinggi sayap akan mendongak bertahap, lama-lama nyaris lurus.

Ban jadinya tidak terlalu stres, dan mobil melaju lebih ringan. Muncullah fungsi berikutnuya. Ternyata saat sayap nyaris lurus bisa berfungsi sebagai “Sisir Udara”. Awalnya angin kribo atau keriting terbentuk di belakang mobil, setelah disisir sayap jadi lurus kembali. Jadi tidak membuat efek jambak ke belakang (drag).

Karena itu akhirnya dinamakan Drag Reduction System (DRS). Tidak adanya jambakan ke belakang membuat mobil bisa loss doll. Bahaya, kadang mesin bisa jebol kalau gak dibatasi, karena seakan melaju sendiri si mobil jika DRS dalam posisi efektif sudutnya.

Maka ada ide lagi, karena memang orang barat itu pintar. Sayap dibuat nekuk ke bawah sangat ekstrim. Sehingga memunculkan hambatan udara dan tekanan ke bawah yang super duper besar. Mekanisme ini disebut rem udara, diaktifkan hanya saat mendekati belokan.

Teknologi ini digunakan salah satunya pada mobil Porsche 911 GT3 RS generasi terbaru. Produk kali ini memang terlihat beda dibanding sebelumnya. Mesinnya mengusung 4.000 cc naturally-aspirated (pernafasan alami) atau non turbo saat berlaga.

Hasilnya, raungan mesin terdengar merdu sehingga telinga terasa ketagihan. Ditambah lagi dengan menyaksikan keajaiban sayap belakang aktif mobil sport Jerman itu. Tidak diragukan lagi, spoiler (sayap belakang) yang terinspirasi dari balap mobil F1 itu adalah bagian yang layak diperhatikan dengan seksama.

Sepintas, sayap itu tampak sangat mirip dengan teknologi DRS (Drag Reduction System) atau sistem pengurang hambatan udara yang digunakan oleh mobil balap di Formula 1. Namun, itu juga dapat berfungsi sebagai rem udara. Caranya dengan mekanisme hidrolik, yang bisa menekuknya ke bawah seperti layar perahu.

Sayap yang sedikit lebih besar akan dipadankan dengan pengerjaan body yang agresif untuk GT3 RS baru. Artinya, ada lubang-lubang aerodinamis untuk memaksa udara terbuang ke samping kanan dan kiri agar bisa belok dengan cepat.

Porsche 911 GT3 RS baru ini terlihat begitu percaya diri melibas tikungan di sirkuit Nurburgring Jerman dalam kecepatan tinggi. Traksi (cengkraman ban) terlihat mantap dan pada beberapa titik, kemampuan pengereman juga terlihat mumpuni.

Tampilannya terlihat gahar. Alunan suara knalpotnya juga terasa membuat telinga ketagihan dan bersemangat. Pengujian tersebut memperlihatkan kemampuan GT3 RS baru dalam skala kecil. Bisa jadi, akan ada penyempurnaan setelah pengujian ini.

Porsche 911 GT3 RS generasi 992 diinformasikan mendapatkan mesin dengan tenaga di atas 502 tenaga kuda (374 kilowatt) dan torsi atau daya plintir mesin sekitar 346 pound-feet (469 Newton-meter).

Transmisi menggunakan dobel kopling seperti tradisi mobil sport jerman ini. Gigi persneling ganjil akan terhubung pada 1 rumah kopling dan gigi persneling genap terhubung pada 1 rumah kopling lainnya. Sehingga saat pindah gigi nyaris menghilangkan jeda atau lag. (yy/dari berbagai sumber)
LihatTutupKomentar
.